Hmm, *walaupun crita ini tlah lama ku baca* namun ini msh merupakan cerita yang luar biasa..Hebat….wakaka. begini lah cerita yang mengharukan dan patut menjadi inspirasi kita sebagai anak muda….Anak terbuang ini membuktikan bahwa kekurangan
bukanlah halangan untuk maju. Bagaimana ia bisa menjadi salah satu
orang terkaya Asia Tenggara? Dan apa lagi ambisi besarnya?
Hyflux Ltd. dan Olivia Lum. Inilah dua nama yang
menjadi sorotan Forbes, September lalu ketika membincangkan peringkat
orang terkaya di Asia Tenggara. Apa istimewanya? Hyflux adalah
perusahaan water treatment terbesar di Asia Tenggara yang sudah
merambah Cina, India dan Timur Tengah, dengan visi menjadi pemain
global. Adapun Lum, CEO dan Presiden perusahaan itu, merupakan
satu-satunya perempuan yang berada dalam daftar orang terkaya Forbes,
sekaligus yang termuda (45 tahun).
Forbes tentu tidak sembarang menyoroti keduanya, terutama Lum sebagai
pendiri dan pengelola Hyflux. Lum menapak ke posisi sekarang dengan
sebuah cerita yang luar biasa. Sekarang, kinerja Hyflux amatlah
kinclong. Dalam kurun 8 tahun terakhir, pendapatan perusahaan telah
meningkat rata-rata 55% mencapai US$ 53 juta. Tahun ini, pendapatan
ditaksir mendekati US$ 180 juta. Harga saham pun telah meningkat sejak
listing di bursa Singapura tahun 2001, dari US$ 0,19 menjadi US$ 2,
sementara saham Lum di Hyflux kini mencapai US$ 240 juta. Adapun
kapitalisasi pasar Hyflux mencapai US$ 650 juta.
Kisah Lum dikatakan luar biasa karena merunut ke belakang, tak ada
seorang pun yang berani memprediksi, apalagi menjamin perjalanan
hidupnya. Awal mula Lum menjadi pebisnis, sungguh sangat tidak
meyakinkan. Bayangkan, ia ditinggalkan saat masih bayi merah di sebuah
rumah sakit di Malaysia (hingga kini dia tak punya petunjuk siapa orang
tua biologisnya) tahun 1960. Lum diadopsi seorang janda miskin — yang
kelak dipanggilnya nenek — berusia 63 tahun yang punya kebiasaan
jelek: berjudi.
Bersama empat anak adopsi lainnya, Lum tingal di rumah yang amat
sederhana — yang akan banjir selama hujan deras tiba — di Kampar,
Negara Bagian Perak, Malaysia. Kami meletakkan bata di lantai untuk
berjalan ujarnya mengenang saat hujan datang. Ia pun mengingat
dengan baik bagaimana buruknya situasi yang dialaminya ketika kecil.
Setiap pagi, ketika bangun, saya mendengar orang menangis,
menggerutu dan berkelahi karena kemiskinan katanya sewaktu
diwawancarai China Post, 7 Oktober lalu.
Bagi sebagian orang, situasi yang buruk tersebut, boleh jadi membuat
putus asa, atau mendorong pada situasi yang lebih jelek lagi. Namun,
Lum punya hasrat kuat untuk memperbaiki nasibnya. Dan ia percaya,
pendidikan menjadi jalan keluar dari lorong kegelapan sekaligus
mengangkat derajat kehidupannya.
Maka pada 1976, di usia 16, Lum pun berangkat ke Singapura, negeri yang
dipandangnya bisa memberi fasilitas pendidikan yang lebih baik. Di
sini, ia bersekolah di Tiong Bahru Secondary School. Kemudian masuk Hwa
Chong Junior College, selanjutnya Universitas Nasional Singapura
(National University of Singapore) dan ia lulus sebagai sarjana kimia
di tahun 1986.
Selama di Singapura, Lum bekerja serabutan demi mempertahankan hidup,
sekolah, dan cita-cita untuk memperbaiki nasibnya. Untuk kuliah, ia
mencari beasiswa. Sementara untuk membiayai hidup, ia bekerja apa saja.
Tak heran, pada akhir pekan, ketika teman-temannya asyik jalan-jalan,
Lum justru ada di department store untuk menjajakan apa saja, mulai
dari kosmetik sampai detektor asap.
Toh, ia memandang itu semua sebagai bekal yang kelak sangat berguna.
Itu adalah pengalaman yang amat berharga buat saya. Saya belajar
bagaimana mendekati orang, dan mengukur respons mereka. Ini semua
penting ketika saya mengawali bisnis, katanya seperti tertuang dalam
tulisan From Small-Town Orphan to Big Boss, yang dimuat di buku kisah
sukses pengusaha Singapura, Real Money (2002).
Keadaan ekonomi mulai membaik sewaktu Lum bekerja di GlaxoSmithkline
sebagai ahli kimia. Di sini ia mendapat gaji US$ 40 ribu setahun yang
membuatnya sanggup membeli apartemen sekaligus mobil. Namun, karena
yakin menjadi entrepreneur bisa lebih memperbaiki derajat kehidupannya,
pada 1989 Lum mengambil keputusan nekad: keluar dari GlaxoSmithkline,
dan berwirausaha. Maka lahirlah Hyflux, perusahaan distribusi peralatan
water treatment. Bisnis air, dalam hemat Lum adalah bisnis yang
prospektif, terlebih Singapura sangat tergantung pada pasokan air dari
jirannya, Malaysia.<br>
<br>
Untuk mendirikan Hyflux, Lum memang benar-benar berjudi. Selain
meninggalkan Glaxo yang selama 3,5 tahun menjadi tempatnya mencari
nafkah, ia juga melego aset-aset penting yang telah dibelinya dengan
susah payah. Lum menjual mobil dan apartemennya. Lalu, dengan uang US$
12 ribu ia mendirikan Hyflux.
Di awal berdiri, Hyflux benar-benar perusahaan yang bisa dipandangsebelah mata. Karyawannya hanya tiga orang. Bersama merekalah Lum bersaing dengan 20 perusahaan sejenis. Ditanya ambisinya saat itu, ia berujar singkat;Saya tak punya rencana bisnis, saya hanya tahu air adalah bisnis yang bagus.
Maklum saja Lum tak punya rencana besar. Di awal Hyflux berdiri, ia belum punya pelanggan yang hebat. Ia lebih sering mengendarai motor sendirian dari Jurong ke Batu Pahat, mengetuk pintu pabrik (door to door) untuk menawarkan water filter, dan selanjutnya seluruh uang yang dia peroleh direinvestasi buat bisnisnya.Tak puas dengan hanya menjual peralatan water treatment, Lum pun menambah skill-nya. Mau tahu caranya? Karena ingin menawarkan jasa water treatment, ia pun ikut kursus pengelasan pipa ledeng profesional!
Hebatnya, ia lulus dengan nilai sempurna. Dan kemudian, situasi bak bola salju berputar setelah ia memiliki keahlian ini. Proyek-proyek water treatment menghampirinya. Yang lebih hebat lagi, Lum yang mengerjakan semua proyek awal water treatment milik Hyflux.Jika Anda melihat pipa-pipa ledeng yang dipatri pada proyek-proyek awal, itu semua saya yang mengerjakan ujarnya penuh rasa bangga. Saya harus memastikan ini adalah pekerjaan yang baik, sehingga sayamelakukannya
Kepuasan pelanggan memang menjadi kehirauan wanita yang hingga kinimasih melajang ini. Dan itu pulalah yang akhirnya membuat parapelanggannya terus datang, bahkan mengundangnya ke mancanegara untuk membantu mengurusi penyediaan air bersih. Ke Cina, misalnya. Di negeri
ini, tepatnya di Shanghai, Lum mulai mengepakkan sayap di tahun 1994.Ia melayani perusahaan Singapura yang mulai membangun fasilitasmanufaktur di Cina, seperti MMI Holdings dan Goldtron.
Buat para kliennya di Cina, Lum benar-benar berupaya untuk membuat mereka puas. Tak seperti gaya birokratis Jepang dan Barat yang terkadang kental dengan birokratisme, Lum menjauhi itu semua.Jika ada persoalan di lokasi kerja, dia akan terbang langsung dari Singapura ke Cina keesokan harinya untuk menyelesaikan persoalan; ujar analis DBS Vickers Securities Singapura, Eddy Loh (DBS adalah underwriter IPO-nya Hyflux di tahun 2001). Sikap inilah yang kelak membuat banyak pejabat di Cina terkesan dan kemudian mengundang Lum untuk terlibat dalam banyak proyek water treatment di negeri itu. Kelak, proyek-proyek di Cina sendiri menyumbang sekitar 40% pendapatan Hyflux pada 2004.
Di satu sisi, sikap menjaga kepuasan konsumen memang membuat klien
terkesan. Namun di sisi karyawan, bisa menjadi hal yang memberatkan.
Sekadar ilustrasi, Lum yang terlihat selalu sibuk dan tergesa-gesa,
bahkan melarang kata-kata urgent atau important dalam e-mail dan memo perusahaannya. Segalanya adalah lakukan sekarang
jugaâ, ujar juru bicara Hyflux, Freddy Soon. Ya, do it now
menjadi mantra budaya korporat di Hyflux.
Kendati terasa memberatkan, justru itulah yang mendorong Hyflux
berkembang begitu pesat. Dalam rentang 16 tahun, perusahaan ini bukan
saja menguasai Asia Tenggara dan menjadi pemain penting di Cina
(sekarang tengah menangani proyek di 20 kota, termasuk Beijing dan
Shanghai), tapi juga merambah ke India dan Timur Tengah (menandatangani
kontrak senilai US$ 400 juta untuk sistem water treatment di Dubai).
Sekarang, Lum bahkan telah memancang ambisi lebih tinggi lagi: mencetak
pendapatan hingga US$ 700 juta pada 2010, dan ingin menjadikan Hyflux
perusahaan multimiliar dolar. ;Kami telah menjadi perusahaan terbesar
di industri ini di Asia Tenggara. Kami ingin menjadi salah satu yang
terbesar di Asia; tekadnya.
Tak sedikit yang meyakini tekad itu akan diraih. Maklum, riwayat
hidupnya telah mengundang decak kagum banyak pihak. ;Dia mulai dari
skala kecil dan telah mengembangkan Hyflux menjadi perusahaan yang
mapan. Determinasi dan wawasannya yang jauh ke depan menjadikannya
seorang pemimpin yang baik Irvine Chiam, analis dari Westcomb
Financial di Singapura, memuji.
Atas segala sepak terjangnya itu, Lum telah meraih banyak penghargaan.
Pada 2003, misalnya, ia menjadi Ernst & Young Entrepreneur of the
Year Singapura, dan tahun berikutnya (2004) Hyflux dinobatkan menjadi
Investor Choice Awards di Singapura.
Meski hebat, tak sedikit juga yang meragukan akankah Water Queen —
demikian ia dijuluki — benar-benar menjadi yang terbesar. Pasalnya,
para pemain besar semacam Suez (Prancis), USFilter dan GE juga akan
terus merangsek pasar. Selain itu, segelintir analis juga melihat bahwa
ketika Hyflux merilis pendapatan kuartal kedua pada Agustus lalu,
sesungguhnya bukan semua karena faktor kinerja penjualan. Sekalipun
laba bersih mencapai US$ 10 juta, yang berarti tiga kali lipat
dibanding 2004, para investor memfokuskan pada fakta bahwa sebagian
besar laba itu datang dari penjualan aset, seperti gedung. Tanpa
bantuan itu, diyakini laju laba Hyflux tidak seimpresif sekarang.
Toh, Lum tetap optimistis. Ketika ditanya sanggupkah ia bertarung
melawan para pesaingnya tersebut, Lum menjawab ringan tapi meyakinkan.
Saya tetap lincah. Ini adalah periuk nasi saya. Dan saya amat
lapar.
Rasa lapar Lum bukan tanpa alasan. Mengacu pada Asian Development Bank,
sekitar 830 juta orang di negara-negara berkembang tak punya akses ke
air minum sehat, dan lebih dari 2 miliar jiwa kekurangan fasilitas
sanitasi. ;Begitu orang melihat bahwa mereka tak bisa lagi
menggunakan cara tradisional untuk membersihkan air sungai yang
terpolusi, maka metode lama tak bisa lagi bertahan dalam kontek
kualitas, kata Lum penuh keyakinan.Seiring sungai dan
sumber-sumber air terpolusi, akan ada permintaan yang besar atas
pemurnian air untuk diminum, dan kebutuhan industri atas teknologi
penggunaan air yang lebih aman, juga meningkat imbuhnya.
Alasan lain yang membuatnya optimistis adalah tak seperti rivalnya, ia
mengklaim Hyflux adalah salah satu dari sedikit perusahaan di dunia
yang menyajikan full water solution, sejak rekayasa dasar hingga
pengelolaan proyek build-own-operate. Kebanyakan rival Hyflux
menawarkan solusi yang lebih sedikit, karena kapabilitasnya juga
terbatas.Para analis jelas boleh saja pro dan kontra. Namun buat Lum, kini ia
menjadi figur yang amat terpandang: Si Ratu Air, yang bahkan disegani
oleh PM Singapura karena membangun pabrik penyulingan air laut pertama
untuk negeri itu. Dan Hyflux yang dibesutnya dengan susah payah, kini
telah menjelma jadi pemain yang disegani. Merunut ke belakang, siapa
yang bisa menyangka kerja keras seorang anak yang terbuang akan bisa
seperti ini?
Apa sih hikmah yang dapat kita petik?????
“Siapa pun kita, bagaimana pun, tanpa melihat asal usul, ras , agama atau apa pun??? Kita bisa mencapai apa yg inginkan….
apa yang kita impikan.. Bagaimana pun keadaan kita sekarang. cia yooou, Smua akan indah pada saatnya 🙂 ….
Satu hal yg mesti kita liat dan renungi bahwa “Jangan pernah meremehkan orang lain *pesan buat siapapun yg sring meremehkan orang lain -:)”*hargai orang lain dan hormati orang lain…Smua orang mempunyai potensi menang dalam kehidupannya…Cc Olivia lum telah membuktikannya..
Dan satu hal, Percayalah pada mimpi kita, percaya pada visi kita…. jangan biarkan orang lain merusak mimpi kita, walau itu teman kita sendiri….:)
Smoga bermanfaat..